Skripsi Menjadi Skripsweet atau Skripshit - Apa yang
dipikirkan seorang mahasiswa tingkat akhir setingkat S1? Pacaran? Mungkin ada
beberapa. Cari kerja? Ini lebih banyak kemungkinannya. Nongkrong-nongkrong?
Kemungkinannya lebih banyak dibanding cari kerja. Tapi, yang jelas pasti akan
membuat tugas akhir sebagai persyaratan kelulusan. Apa itu? Jawabannya adalah
skripsi. Jeng…jeng…jeng…jeng….
Cara menyusun skripsi memang tidak mudah bagi beberapa
mahasiswa. Ya, dengan sistematika penulisan skripsi yang tidak mudah,
banyak mahasiswa yang putus semangat di tengah jalan. Biasanya, setelah melalui sidang proposal skripsi, ada yang bisa lanjut menyusun skripsi, mengganti teori skripsi, bahkan mengganti judul skripsi. Para mahasiswa
biasanya saling bertukar pikiran dengan teman satu angkatan, kakak kelas, bahkan
para dosen yang mengajar mata kuliah.
Pentingnya mengkonsultasikan skripsi sudah mutlak
diperlukan. Skripsi bukan karangan bebas yang bisa ditulis semaunya
seperti tulisan yang Anda baca ini. Skripsi memerlukan langkah-langkah tertentu
dalam penulisannya. Berangkat dari hal tersebut, skripsi mutlak diperlukan dosen
pembimbing yang sudah memiliki pengalaman dengan skripsi. Hal itu berlaku juga
untuk tesis dan disertasi loh.
Jika dilihat pada akhirnya, skripsi ini membuahkan hasil yang
manis, yakni wisuda. Siapa yang tidak senang jika diwisuda? Setelah itu kan bisa
merencanakan hal-hal berikutnya. Kerja, nikah, mencopet, atau bahkan berniat
menjadi pengangguran pun tidak ada yang melarang. Penyusunan skripsi
memang membutuhkan waktu. Jika malas menyusun skripsi ya tentu Anda bisa
menebaknya akan menjadi seperti apa? ©Tedy Rizkha Heryansyah
Memang benar, skripsi sebuah ujian akhir dari mahasiswa dan agak kesulitan memang dalam penyusunannya
BalasHapusYups gan. Tapi pada akhirnya mahasiswa yang mengerjakan skripsi ibaratnya tau "seni" dalam mengejar S1
Hapus